Walkot Semarang Klaim Wilayah Terdampak Banjir dan Rob Berkurang
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, meninjau progres pembangunan tanggul laut di Tambaklorok, Semarang. (ANTARA/HO-Pemkot Semarang)

Bagikan:

EMARANG - Pemerintah Kota Semarang menyebutkan luas  wilayah yang terdampak banjir dan rob terus berkurang secara signifikan dengan berbagai upaya penanggulangan yang dilakukan.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebutkan luas  wilayah terdampak banjir dan rob pada 2022 mencapai 3,48 persen dan pada 2023 turun menjadi 3,43 persen.

Sedangkan khusus luas wilayah terdampak rob di Semarang, kata Ita, sapaan akrab Hevearita, tinggal menyisakan 406,27 hektare atau 1,09 persen.

Menurut dia, berbagai upaya terus dilakukan Pemkot Semarang untuk mengentaskan Ibu Kota Jawa Tengah dari persoalan banjir dan rob, termasuk dengan menjadikan dua persoalan itu sebagai prioritas diselesaikan.

Setidaknya, kata dia, ada tiga kecamatan yang menjadi perhatian penanganan, yakni Kecamatan Genuk, Pedurungan, dan Semarang Utara.

Ia menjelaskan salah satu upaya Pemkot Semarang untuk mengentaskan tiga wilayah tersebut dari banjir yakni pemasangan "sheet pile" untuk tanggul laut di wilayah Tambaklorok, Semarang Utara, yang saat ini pembangunannya sedang dilakukan.

"Fokus kami di pesisir. Masih ada tiga persen kawasan banjir. Kecamatan Genuk, Pedurungan, dan Semarang Utara menjadi daerah yang paling terdampak," katanya.

Pembangunan tanggul laut di Tambaklorok yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana diyakini efektif mengentaskan banjir rob di tiga wilayah prioritas tersebut, dan saat ini progresnya telah mencapai 62 persen.

Selain itu, kata dia, proyek pengendalian banjir di wilayah Muktiharjo, Pedurungan juga akan dilaksanakan BBWS Pemali-Juana melalui bantuan dari Bank Dunia.

Ita menyampaikan program penanganan banjir dan rob tersebut akan didukung dengan peningkatan kapasitas di sejumlah rumah pompa, seperti Pompa Progo, Tambakrejo, Tanah Mas, dan Tawang Mas.

Upaya tersebut, kata dia, akan dibarengi dengan pembangunan dan peningkatan saluran drainase di berbagai wilayah, seperti peningkatan kapasitas saluran Tlogosari, Dempel, Simpang Syuhada-bugen, Jalan Gajah-Aspol Kabluk, dan Pompa Progo.

Sebagai upaya penanganan banjir pada Sistem Semarang Timur, kata dia, akan dibangun pula sodetan ke Sungai Babon.

Sedangkan penanganan banjir pada Sistem Semarang Tengah, kata dia, akan dilakukan melalui peningkatan saluran drainase sepanjang Sungai Semarang, saluran Jalan Tanjung, saluran MT Haryono-Petudungan, saluran Ki Mangunsarkoro, Pompa Tawang Mas, Pompa Kolonel Sugiyono, dan Pompa Tanah Mas.

 

Tak hanya hilir, Ita mengatakan penanganan kapasitas saluran untuk penanganan banjir juga akan dikerjakan di daerah hulu, seperti Jalan Alam Asri, Jalan Semarang-Boja (Jatisari) dan Jalan Duku 1 (anak Sungai Blorong).

Serta, akan dilakukan penyelesaian normalisasi pada Sungai Plumbon, hulu Sungai Tenggang, Sungai Babon, Sungai Mangkang, dan Sungai Tugurejo.

Dengan serangkaian program dan proyek yang dikerjakan, Pemkot Semarang berharap dapat mengurangi dampak banjir secara signifikan di wilayah yang masih terdampak.

"Upaya ini mencakup penanganan hilir hingga hulu, melibatkan berbagai pihak dan berbagai proyek untuk menjaga keberlanjutan Kota Semarang dari ancaman banjir," kata dia.